Mambaus Sholihin – Dalam rangka memperkuat ukhuwah ruhaniyah dan sanad keilmuan dengan para guru, Pengurus Pondok Pesantren bersama Pengurus Pusat Himpunan Alumni Mambaus Sholihin (HIMAM) hadirkan As-Sayyid Prof. Dr. Muhammad Fadhil Al-Jailani Al-Hasani Al-Husaini di pondok tercinta. Senin, (19/12/22).


Cucu kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani ke-25 itu rawuh sekitar pukul 13.00 WIB, ditemani Agus H. Muhammad Ma’ruf beliau langsung mengunjungi proyek pembangunan Rumah Sakit Bayt Al-Musa’adah dan gedung Institut Keislaman Abdullah Faqih. “Di dua proyek tersebut beliau berdo’a agar proses pembangunan diberikan kemudahan dan diridhoi oleh Allah SWT sebab barokah kakek beliau Syaikh Abdul Qodir”, terang Gus Muhammad.

Selepas jama’ah shalat ashar, Sayyid Fadhil Al-Jailani beranjak menuju ndalem untuk bertemu dengan Murabbi Ruuhina Romo KH. Masbuhin Faqih beserta keluarga. Pertemuan Murabbi Ruuhina dengan Sayyid Fadhil adalah momen yang begitu menyejukkan hati, pertemuan dua insan yang saling menyimpan rindu, dua insan yang begitu mencintai sosok yang sama, dua insan yang bersama-sama mencari Ridho dan keberkahan kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani RA.
“Semoga Syaikh diberikan kesehatan, diangkat penyakitnya, diberikan panjang umur dan barokah. Semoga Syaikh bersama keluarga dimudahkan dalam mengurusi santri-santri serta memperjuangkan kemaslahatan ummat”, ucap Sayyid Fadhil usai mencium tangan dan kening Murabbi Ruuhina.


Rangkaian kunjungan Sayyid Fadhil Al-Jailani dilanjutkan malam harinya dengan agenda “Majelis Dzikir, Sholawat dan Ijazah” bersama santri dan alumni Pondok Pesantren Mambaus Sholihin yang dilaksanakan di Aula Darunnadwah Rusyaifah.
Sebagaimana ceremoni acara biasanya, acara dirangkai dengan pembacaan sholawat, do’a pembuka, sambutan-sambutan, tausyiah juga ijazah oleh beliau Sayyid Fadhil Al-Jailani, dan ditutup dengan do’a oleh Romo KH Zainul Arifin.
Sayyid Fadhil Al-Jailani: Pentingnya Memperbaiki Akhlak Santri Kepada Gurunya
Mengawali acara di Aula, Sayyid Fadhil menyampaikan tausyiah tentang akhlak dan tata krama santri kepada gurunya, baik guru ngaji, guru sekolah dan guru mursyid. Di awal tausyiahnya beliau memberi contoh akhlak dan tata krama sahabat kepada Rasulullah SAW dengan bercerita, bahwasanya para sahabat tidak pernah memanggil nama Nabi Muhammad secara langsung, mereka selalu memanggil dengan sifat dan kemuliaannya. “Dalam riwayat-riwayat hadits tidak pernah kita temukan riwayat para sahabat dengan menyebut nama Muhammad secara langsung, para shahabat selalu mensifati nama Muhammad dengan kata Sayyidina, Rasulullah, dan Nabiyullah Muhammad SAW”, jelas Sayyid Fadhil.
Sayyid Fadhil tidak hanya menceritakan kisah sahabat dan Rasulullah SAW, beliau juga menceritakan beberapa kisah tentang akhlak para Alim, para sholihin dan para Auliya’ kepada kakek beliau kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani. “Kisah ini begitu penting untuk saya sampaikan, karena dari kisah ini kita bisa belajar tentang akhlak orang-orang sholih kepada Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani”, ungkap beliau.
Kisah pertama yang disampaikan Sayyid Fadhil adalah tentang prinsip kepatuhan Imam Abu Madyan Syu’aib kepada gurunya Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani pada saat membersamai beliau melaksanakan Ibadah Haji. Suatu hari setelah melaksanakan wuquf di padang Arafah, Syaikh Abdul Qodir memberikan tausyiah kepada murid-murid beliau, salah satu murid beliau yang hadir di sana adalah Imam Abu Madyan. Di sela tausyiahnya, Syaikh Abdul Qodir berkata kepada Imam Abu Madyan, “Wahai Abu Madyan, tanganmu!”. Melihat kejadian itu, murid-murid Imam Abu Madyan yang juga mengikuti majelis bertanya kepada gurunya, “Wahai Syaikh Abu Madyan, kenapa engkau tidak bertanya kepada gurumu Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani tentang maksud dari ungkapan gurumu itu kepadamu?”. Imam Abu Madyan pun menjawab pertanyaan muridnya, “Saya ingin menjaga adab kepada guruku, saya ingin menjaga tata krama dan sopan santun, saya malu bertanya kepada guruku. Bagaimana mungkin aku bisa bertanya kepada guruku”. Imam Abu Madyan kemudian menambahi “Akan tiba suatu masa apa yang dikatakan oleh Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani benar-benar terjadi kepadaku”, jelas Imam Abu Madyan kepada murid-muridnya.
Dari kisah di padang Arafah tersebut, isyarah Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani kepada Imam Abu Madyan benar-benar terjadi, tangan Imam Abu Madyan terpotong pada saat menjadi pemimpin pasukan dari wilayah barat dalam upaya pembebasan kota Pelestina. Di akhir perjuangan beliau, Imam Abu Madyan yang memiliki prinsip kepatuhan kepada gurunya mendapatkan gelar al-Ghaustul A’dhom kedua setelah Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani.
Kisah kedua yang diceritakan oleh Sayyid Fadhil adalah kisah kepatuhan murid-murid Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani kepada gurunya. “Setelah pelaksanaan ibadah Haji, Syaikh Abdul Qodir tidak memperbolehkan para muridnya meninggalkan kota Makkah, karena beliau ingin memberikan pelajaran Ilmu Hadist kepada murid-muridnya selama 3 bulan, kemudian pergi ke Madinah untuk belajar kitab Tafsir Al-Jailani selama 1 bulan. Dari permintaan Syaikh Abdul Qodir tersebut, tidak ada satupun murid beliau yang menolak dan membantah permintaan beliau, seluruh murid mengikuti pelajaran sampai akhir pelajaran”, ungkap Sayyid Fadhil berkisah.
Kisah ketiga yang disampaikan oleh Sayyid Fadhil adalah kisah salah seorang murid Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani yang pernah berkhidmah kepada beliau selama 40 tahun. Sayyid Fadhil bercerita, bahwasanya murid tersebut adalah seorang yang alim yang selain berkhidmah, santri tersebut juga mengisi hari-harinya dengan mengajar santri-santri yang lain. Selama berkhidmah kepada Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani ia tidak pernah sama sekali bertanya kepada gurunya, karena menjaga akhlak dan sikap ta’dhim kepada gurunya. “Setelah 40 tahun berkhidmah kepada Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani, terbesit dalam hatinya bahwa ia tak pernah melihat karomah Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani secara langsung sebagaimana orang lain yang banyak menyaksikan karomah dari guru-gurnya”, ungkap Sayyid Fadhil melanjutkan.
Sewaktu ia gelisah dengan pikirannya sendiri, Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani lantas bertanya kepada murid tersebut sembari tersenyum. “Apa yang sedang terjadi dengan dirimu wahai anakku?”, pinta kanjeng syaikh. Sang murid lantas menjawab “Wahai tuanku, selama 40 tahun aku berkhidmah kepadamu, tak pernah terbesit dalam benakku tentang ini, akan tetapi sekarang hatiku merasa gundah karena selama ini aku tak pernah melihat kelebihanmu”. Dengan senyum yang merekah, kanjeng syaikh menjawab, “Wahai anakku, apakah engkau pernah melihatku meninggalkan shalat tahajjud?”. “Tidak pernah wahai tuanku”, jawab sang murid. “Apakah kau pernah melihatku meninggalkan shalat sunnah Dhuha, shalat sunnah yang lain atau sunnah-sunnah dalam shalat?”, tanya kanjeng syaikh. Sang murid menjawab “Aku ‘tak pernah melihatnya wahai tuanku”. Kanjeng syaikh melanjutkan pertanyaannya, “Apakah kau pernah melihatku meninggalkan sunnah-sunnah puasa setiap tahunnya? Apakah kau pernah melihatku meninggalkan shalawat kepada Rasulullah SAW? Selama 40 tahun itu apakah kau pernah melihatku berjalan di atas muka bumi ini tanpa memiliki wudhu?”. Sang murid hanya bisa menjawab, “Tidak pernah wahai tuanku”. Kanjeng Syaikh pada akhirnya menjelaskan, “Sesungguhnya inilah karomah terbesar para kekasih Allah, yakni sesorang yang setiap harinya menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah SAW, tunduk patuh pada ajaran Rasulullah SAW, mentaati segala yang dibawa oleh Rasulullah SAW”.




Sebelum menutup tausyiahnya, Sayyid Fadhil memberikan nasihat kepada seluruh hadirin untuk menghormati, memperhatikan dan mengambil setiap pelajaran yang disampaikan oleh guru, kiai, dan orang-orang Alim. “Kalian harus menjaga prilaku, menjaga adab dan tata krama kepada gurumu, kepada kiaimu, kepada orang-orang yang mempunyai ilmu. Jangan sampai kalian meremehkannya. Menjaga adab termasuk ilmu yang tampak, ilmu yang tampak mengikuti ilmu yang tidak tampak”, pungkas Sayyid Fadhil. Setelah tausyiah, acara dilanjutkan dengan pembacaan dzikir, shalawat dan ijazah yang dipimpin langsung oleh beliau Sayyid Muhammad Fadhil Al-Jailani.
Semoga kita semua bisa meneladani dan mencontoh semangat Sayyid Fadhil dalam berjuang dan berdakwah. Semoga kita semua dapat melaksanakan seluruh nasihat beliau serta mendapatkan barokah dan manfaat daripada kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani RA. Aaamiin. /Zul`